Tuesday, March 12, 2019

SANG MUSAFIR

Oleh: Ridwan Arif 

Di tengah teriknya matahari terlihat seorang musafir sedang berjalan. Langkahnya kelihatan berat. Meski perlahan, ia tetap berusaha melangkahkan kakinya. Ia berjalan menunduk dan sesekali mengangkat wajahnya. Kadang-kadang dia melihat jauh ke depan sambil mengernyitkan dahi. Dari mulutnya keluar ocehan, "Masih jauhkan perjalanan ini? Berapa lama lagikah aku akan sampai di tujuan?" Tiba-tiba bayangan masa lalu pun berkelabat di depan matanya. Duka-nestapa, halangan-rintangan, onak dan duri yang ditemuinya di awal perjalanan kembali melintas di pikirannya. Hampir saja kegetiran masa lalu itu membuatnya jatuh ke jurang keputus asaan. "Ah, tidak mungkin perjalanan ini kulanjutkan. Sungguh terasa berat dan sukar. Dari awal perjalanan hingga hari ini, bermacam-macam tantangan dan ujian yang ku hadapi. Rasanya aku sudah lelah. Sepertinya aku harus menghentikan perjalanan ini. Tak mungkin rasanya aku kan sampai di tujuan. Tak mungkin, tak mungkin." 

Tiba-tiba sebuah bisikan halus hadir dalam jiwanya, "Sir wa-jid wa-la taksal" (Lanjutkan perjalanan, bersungguh-sungguhlah dan jangan malas!). Bisikan itu terngiang-ngiang di telinganya. "Memang engkau telah lama berjalan dan banyak duka nestapa yang kau temui. Namun kegetiran itu sekarang telah berkurang sedikit-demi sedikit. Telah jauh perjalanan yang telah engkau lewati dan engkau telah dekat ke tujuanmu. Maka jangan malas dan putus asa. Bangkit, bangkit, ayo bangkit!" 

Ia tersentak dari lamunan. Bisikan itu telah membangkitkan jiwanya yang mulai melemah. Semangatnya kembali membara. Sang musafir pun mempercepat langkahnya bagaikan domba dikejar serigala. Ternyata bisikan itu telah membuat semangatnya kembali mendidih. Dia tepis bisikan-bisikan negatif yang mematahkan. Dia tidak menghiraukan ocehan-ocehan yang memudarkan cita-citanya. Walaupun badannya terasa sudah sangat lelah, namun dia tetap memacu langkahnya. Dengan langkah pasti ia teruskan perjalanan. Ia teringat kembali firman Tuhannya “Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah hanyalah orang-orang yang kafir”. Dia tersadar, “Sebagai seorang mu’min, saya tidak boleh putus asa. Tuhanku Maha Kuasa. Tiada yang mustahil bagi-Nya. Aku harus optimis, bahwa Allah Maha Kuasa menyampaikanku ke tujuan. Kewajibanku hanya berikhtiar semaksimal mungkin, berdoa dan bertawakkal. Bagaimanapun buruknya keadaan, aku tidak boleh pesimis,” gumamnya dalam hati.” Ia teringat sebuah kata-kata mutiara “Bagaimanapun gelapnya malam, fajar pasti kan menyingsing”.

Kuala Lumpur, Jum'at 8 Juli 2011, Jam 22.37

No comments:

Post a Comment